Biografi
1.
Pengertian
Biografi
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa teks Biografi adalah teks yang berisikan tentang kisah riwayat hidup seseorang.
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa teks Biografi adalah teks yang berisikan tentang kisah riwayat hidup seseorang.
2.
Struktur Biografi
a.
Orientasi :
yaitu tinjauan terhadap identitas singkat tokoh. Biasanya berisikan tentang
identitas singkat tokoh seperti Tempat Tanggal Lahir, Alamat, kehidupan masa
kecil, dll.
b.
Peristiwa dan
masalah: yaitu kejadian yg luar biasa dan masalah yang dialami tokoh.
c.
Reorientasi :
yaitu kesimpulan yang berisi peninjauan sikap kembali.
3.
Ciri-Ciri
Biografi
a.
Memuat informasi
berdasarkan fakta (faktual) dalam bentuk narasi.
b.
Faktualnya
berdasarkan pengalaman hidup seseorang yang patut diteladani.
4.
Contoh Biografi
Biografi Drs.
H. Mohammad Hatta
Lahir di Fort de Kock,
Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 - meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur
77 tahun, adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang
pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena
berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal Sebagai Bapak Koperasi
Indonesia. Bandar Udara Internasional Jakarta menggunakan
namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang
proklamator kemerdekaan Indonesia.
Nama yang diberikan oleh
orangtuanya ketika dilahirkan adalah Muhammad Athar. Anak perempuannya
bernama Meutia Hatta menjabat sebagai Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan
dalam Kabinet Indonesia Berdatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia
dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta.
Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadibegitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran beliaudalam perjuangan negeri ini ehingga disebut sebagai salah seorang "The Founding Father's of Indonesi".
Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadibegitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran beliaudalam perjuangan negeri ini ehingga disebut sebagai salah seorang "The Founding Father's of Indonesi".
Berbagai tulisan dan kisah
perjuangan Muhammad Hatta telah ditulis dan dibukukan, mulai dari masa
kecil, remaja, dewasa dan perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan
Indonesia. Namun dalam hal yang rasanya perlu sedikit digali dan dipahami,
yaitu melihat Bung Hatta sebagai tokoh organisasi san partai politik .
hal ini dikaitkan dengan usaha melihat perkembangan kegiatan
dan ketokohan beliau di dunia politik Indonesia saat ini. Maka pantas rasanya
kita ikut melihat perjuangan dan perjalanan kegiatan politik Bung Hatta.
Setelah perng dunia I berakhir
generasi muda Indonesia yang berprestasi makin banyak yang mendapatkan
kesempatan mengenyam pendidikan luar negeri seperti di Belanda dan Kairo
(Mesir). Hal ini diperkuat dengan dibelakukanya politik balas budi oleh
Belanda. Bung Hatta adalah salah seorang pemuda yang beruntung , beliau
mendapat kesempatan belajar di Belanda. Jika kita memperhatikan semangat
berorganisasi Bung Hatta, sebenarnya telah tumbuh sewaktu beliau berada
di Indonesia. Beliau pernah menjadi ketua Jong Sumatera (1918-1921) dan
semngat ini makin membara dengan asahan dari kultur pendidikan Belanda / Eropa
yang bernafas demokrasi dan keterbukaan.
TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH
1. Pengertian
Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan karya tulis
yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan
oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara
logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk
mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang
sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika
tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan
belum pernah ditulis orang lain. Jika pun, tulisan tersebut sudah pernah
ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari
tema terdahulu. Disebut juga dengan penelitian lanjutan.
Tradisi keilmuan menuntut para calon
ilmuan (mahasiswa) bukan sekadar menjadi penerima ilmu. Akan tetapi sekaligus
sebagai pemberi (penyumbang) ilmu. Dengan demikian, tugas kaum intelektual dan
cendikiawan tidak hanya dapat membaca, tetapi juga harus dapat menulis tentang
tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan
wajib menguasai tata cara menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada
teknik, tetapi juga praktik penulisannya. Kaum intelektual jangan hanya pintar
bicara dan “menyanyi” saja, tetapi juga harus gemar dan pintar menulis.
Istilah karya ilmiah di sini adalah
mengacu kepada karya tulis yang penyusunan dan penyajiannya didasarkan pada
kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dilihat dari panjang pendeknya atau
kedalaman uraian, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan
penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan
pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya
semacam itu didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan (Azwardi,
2008:111).
Finoza dalam Alamsyah (2008:98)
mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas 3 jenis, yaitu: (1)
karangan ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan
non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah,
laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi ilmiah antara
lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang tergolong dalam
karangan non ilmiah antara lain anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel,
roman, dan naskah drama.
Ketiga jenis karangan tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan
sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa.
Sedangkan karangan non ilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada karangan
baku; sedangkan karangan semi ilmiah berada diantara keduanya.
Sementara itu, Yamilah dan
Samsoerizal (1994:90) memaparkan bahwa ragam karya ilmiah terdiri atas beberapa
jenis berdasarkan fungsinya. Menurut pengelompokan itu, dikenal ragam karya
ilmiah seperti; makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
2. Sikap Ilmiah
Ada tujuh sikap ilmiah yang harus
dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti berdasarkan pendapat Istarani
(2009:4) yaitu: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif,
sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan
sikap menjangkau ke depan.
3. Ciri-Ciri
Karya Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan yang
berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis
yang formal dengan sistematis-methodis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan
tidak emosional. Dalam karya ilmiah disajikan kebenaran fakta.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut: (1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut: (1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).
4. Manfaat
Penulisan Karya Ilmiah
Ada beberapa manfaat penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1)
penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena
sebelum menulis karya ilmiah, penulis harus membaca dulu.
(2) penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
dan mengembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
(3) penulis akan terasa akrab dengan kegiatan perpustakaan, seperti bahan
bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.
(4) penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan
dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.
(5) penulis
akan memperoleh kepuasan intelektual.
(6) penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat
(Istarani, 2009:5).
Selain itu, dengan karya ilmiah
penulis juga telah ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) melalui karya tulis yang dihasilkannya. Dengan demikian para
penulis dan peneliti telah memberikan royalti (masukan) yang berguna bagi
pengembangan iptek itu sendiri. Sehingga karya ilmiah tersebut dapat dibaca dan
bermanfaat bagi para mahasiswa, intelektual, pendidik (guru dan dosen), dan
bagi masyarakat umum.
5. Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah
Prinsip-prinsip umum yang mendasari penulisan sebuah karya ilmiah adalah:
1.
Objektif,
artinya setiap pernyataan ilmiah dalam karyanya harus didasarkan kepada data
dan fakta. Kegiatan ini disebut studi empiris. Objektif dan empiris merupakan
dua hal yang bertautan.
2.
Prosedur atau
penyimpulan penemuannya melalui penalaran induktif dan deduktif.
3.
Rasio dalam
pembahasan data. Seorang penulis karya ilmiah dalam menganalisis data harus
menggunakan pengalaman dan pikiran secara logis.
6. Tema Karya
Ilmiah
Dalam menulis karya ilmiah, penulis
hendaklah mengangkat tema-tema yang aktual dan bukan suatu tema yang sudah basi
dan kusam. Sehingga karya tulis yang dihasilkan lebih berbobot dan mendapat
sambutan yang baik dari pembaca. Sebagian penulis kadang kala mengangkat tema
yang kurang penting yang hanya menjadi sebuah tulisan yang mubazir. Selain itu,
ada sebagian penulis ilmiah hanya bertindak sebagai seorang penulis plagiator
atau diistilahkan dengan penulis “ceplakan atau sarjana foto kopi, julukan bagi
mahasiswa yang skripsinya diupahkan pada tukang buat skripsi”.
Mengenai tema Walija (1996:19-20)
memaparkan bahwa kata ‘tema’ diserap dari bahasa Inggris theme yang berarti
‘pokok pikiran’. Kata theme itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, tithenai,
yang berarti; meletakkan atau menempatkan. Tema sebuah karangan merupakan ide
dasar atau ide pokok sebuah tulisan. Biasanya tema tidak dapat dilihat dengan
kasat mata dalam sebuah karangan, karena bukan terdapat dalam sebuah kalimat
yang utuh, tetapi tema merupakan cerminan dari keseluruhan isi karangan dari
awal sampai akhir. Tema merupakan amanat atau pesan-pesan yang dapat dipetik
dari karangan. Rumusan dari simpulan yang berupa pesan-pesan pengarang itulah
yang disebut tema.
Sebuah tema yang baik adalah harus
menarik perhatian penulis sendiri. Apabila penulis senang dengan pokok
pembicaraan yang ingin dikarang tentu seorang pengarang dalam keadaan senang
atau tidak dalam keadaan terpaksa. Selain menarik perhatian, tema yang hendak
ditulis terpahami dengan baik oleh penulis.
Selain tema dalam setiap tulisan
ilmiah juga harus memiliki topik. Ada sebagian orang menyamakan antara topik
dengan tema. Ternyata pendapat itu keliru. Topik adalah pokok pembicaraan yang
ingin disampaikan dalam karangan.
Rambu-rambu yang harus diketahui dan
dipahami oleh seorang penulis untuk menentukan dan memilih topik yang baik
adalah sebagai berikut:
(1) Topik sebaiknya aktual.
(2) Topik sebaiknya berasal dari dunia atau bidang kehidupan yang akrab
dengan penulis.
(3) Topik sebaiknya memiliki nilai tambah atau memiliki arti yang penting,
baik bagi penulis sendiri atau bagi orang lain.
(4) Topik sebaiknya selaras dengan tujuan pengarang dan selaras dengancalonpembaca.
(5) Topik sebaiknya asli, bukan pengulangan atas hal yang sama yang pernah disajikan oleh orang lain.
(5) Topik sebaiknya asli, bukan pengulangan atas hal yang sama yang pernah disajikan oleh orang lain.
(6) Topik sebaiknya tidak menyulitkan pencarian data, bahan, dan informasilainyangdiperlukan.
7. Tahapan Umum
Penulisan Karya Ilmiah
Tahap persiapan mencakup kegiatan
menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.
Masalah yang ditemukan itu didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah,
batasan, dan rumusan masalah. Langkah berikutnya mengembangkan kerangka
pemikiran yang berupa kajian teoritis.
Langkah selanjutnya adalah
mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang
akan dilakukan. Metodelogi dalam tahap persiapan penulisan karya ilmiah juga
diperlukan . Metodelogi mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam
pengambilan data, teknik pengukuran, dan teknik analisis data. Kemudian tahap
penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang
dilakukan selama dan setelah penulisan selesai. Terakhir adalah tahap
penyuntingan dilakukan setelah proses penulisan dianggap selesai.
8. Bahasa Karya
Ilmiah
Bahasa memegang peranan penting
dalam penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu pemahaman tentang diksi (pilihan
kata atau seleksi kata, bahasa Inggris; diction), istilah, kalimat, penyusunan
paragraf, dan penalaran yang diungkapkan harus dikuasai peneliti. Selain itu,
penulisan karya ilmiah harus mengacu pada Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan sesuai dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Dengan
demikian, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan,
reproduktif, dan impersonal.
Di sisi lain, bahasa merupakan alat
yang cukup penting dalam karangan ilmiah. Langkah pertama dalam menulis karya
ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar (Suriasumantri,
1986:58). Apabila bahasa kurang cermat dipakai, karangan bukan saja sukar di
pahami, melainkan juga mudah menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan yang
kacau menggambarkan kekacauan pikiran penulis (Surakhmat dalam Finoza,
2006:215).
Dalam menulis karya ilmiah penulis
juga diharapkan mampu menggunakan bahasa secara cermat. Sajikan ide-ide secara
urut sehingga pokok-pokok pikiran dan konsep tersusun secara koheren. Gunakan
ungkapan yang ekonomis sehingga tidak terjadi pengulangan ide atau penggunaan
kata-kata yang berlebihan. Selain itu, gunakan ungkapan halus (smooth), agar
pembaca dapat mengikuti alur pembahasan dengan mudah. Gaya kalimat jangan
seperti puitis dan perhatikan penulisan secara benar dan baku.
9. Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah
Dalam penggunaan bahasa terdapat
beberapa ragam bahasa. Sugono (1999:10) berpendapat bahwa berdasarkan pokok
persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga,
ragam bahasa sastra, dan ragam bahasa jurnalistik.
Yamilah dan Samsoerizal (1994:10)
mengklasifikasikan ragam bahasa dengan nama istilah ragam fungsioleg. Ragam
fungsioleg adalah ragam berdasarkan sikap penutur mencakup daya ucap secara
khas. Ragam ini digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastra,
olahraga, jurnalistik, lingkungan, dan karya ilmiah. Setiap bidang tersebut
menampakkan ciri tersendiri dalam pengungkapannya. Hadi dalam Alamsyah
(2008:102) mengatakan bahwa bahasa ragam karya ilmiah memiliki karakteristik
tersendiri yaitu : singkat, padat, sederhana, lugas, lancar, dan menarik.
Selain itu, gaya penulisan karya
ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan impersonal. Kejelasan
dimaksudkan bahwa setiap karya ilmiah harus mampu menyampaikan informasi kepada
pembaca tentang objek penelitiannya secara gamblang. Kegamblangan ini
dibicarakan sebagai foto kopi dari aslinya. Inilah yang dimaksud dengan
reproduktif. Sedangkan impersonal berarti peniadaan kata ganti perorangan
seperti: saya atau peneliti. Misalnya: Adapun masalah yang akan diteliti
mencakup, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan penelitian. Pada posisi
kata impersonal “diteliti” tidak boleh menggunakan kata saya atau peneliti.
10. Tertib
Mengutip
Dalam tradisi mengarang ilmiah
berlaku mengutip pendapat orang lain. Karya ilmiah pada umumnya merupakan hasil
pengamatan atau penelitian yang merupakan lanjutan dari penelitian yang
terdahulu. Dengan kata lain, hasil-hasil penelitian orang lain, pendapat ahli,
baik yang dilisankan maupun yang dituliskan dapat digunakan sebagai rujukan
untuk memperkuat uraian atau untuk membuktikan apa yang dibentangkan (Walija,
1996:125).
Dalam dunia tulis menulis ilmiah ada
dua macam jenis kutipan, yaitu: kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung dalam pengutipannya harus diberi tanda kutip (“… “). Sedangkan
kutipan tidak langsung tidak diberikan tanda kutip. Namun, kutipan langsung
maupun kutipan tidak langsung dalam tertib mengutip harus diberikan tanda
dengan catatan kaki (foot notes).
Catatan kaki adalah semua kegiatan
yang berkaitan dengan uraian (teks) yang ditulis di bagian bawah halaman yang
sama. Apabila keterangan semacam ini disusun dibagian akhir karangan biasanya
disebut keterangan saja. Catatan kaki bukan hanya untuk menunjukkan sumber
kutipan, melainkan juga dipergunakan untuk memberikan keterangan tambahan
terhadap uraian atau teks.
Ada beberapa
prinsip mengutip, yaitu:
(1) tidak mengadakan perubahan,
(2) memberitahu bila sumber kutipan
mengandung kesalahan,
(3) memberitahu bila melakukan
perbaikan, dan
(4) memberitahu bila menghilangkan bagian-bagian tertentu yang ada didalam
kutipan.
11. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar
sejumlah buku acuan atau referensi yang menjadi bahan utama dalam suatu tulisan
ilmiah. Selain buku, majalah, surat kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran
ilmuan juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menulis. Walija (1996:149)
mengatakan bahwa daftar pustaka atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber
acuan lain yang mendasari atau menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan
karangan. Unsur-unsur pada daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki.
Perbedaannya hanya pada daftar pustaka tiada nomor halaman.
Unsur-unsur pokok daftar pustaka adalah sebagai berikut:
A. Buku sebagai
Bahan Referensi
1) Nama pengarang, diurutkan berdasarkan huruf abjad (alfabetis). Jika nama
pengarang lebih dari dua penggal nama terakhir didahulukan atau dibalik.
2) Tahun terbit buku, didahulukan tahun yang lebih awal jika buku dikarang
oleh penulis yang sama.
3) Judul buku, dimiringkan
tulisannya atau digaris bawahi.
4) Data publikasi, penerbit, dan
tempat terbit.
5) DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua dan menempati posisi
paling atas pada halaman yang terpisah.
B. Rujukan dari
Internet Berupa Artikel dari Jurnal
Nama penulis ditulis seperti rujukan
dari bahan cetak, diikuti oleh tahun, judul karya (dicetak miring) dengan
diberikan keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri
dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses,
di antara tanda kurung.
Contoh:
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya.
Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No 4, (http://www.malang.ac.id,
diakses 20 Januari 2000).
C. Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Nama pengirim (jika ada) disertai
keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti oleh tanggal, bulan,
tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan
dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim).
Contoh:
Davis, A. (a.davis @uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring
Tolls. Email kepada Alison Hunter (huntera @usq.edu.au).
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
&
MENYUSUN KARYA ILMIAH
1.
Konsep Karya
Ilmiah
Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja
dan hasil kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah
berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah.
Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu,
karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya
yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran
ilmiah.
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang
rasional (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional
merpakan pemikiran yang disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal
sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan informasi (pengetahuan)
yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya pemikiran yang disertai dengan
bukti-bukti dan fakta-fakta.
2.
Karakteristik
Karya Ilmiah
Sesuai dengan
uraian di atas, karya ilmiah berkarakteristik:
a.
objektif, artinya karya ilmiah harus relistis, apa
adanya, sesuai objeknya, tidak ada rekayasa, dan tidak pula memasukkan
unsure-unsur subjektivitas penulis,
b.
faktual, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada
fakta dan dapat pula dibuktikan,
c.
rasional dan logis, artinya karya ilmiah harus dapat
diterima secara akal dan berisi penalaran-penalaran ilmia,
d.
ilmiah, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada
bidang keilmuan dan prosedur ilmiah,
e.
sistematis, artinya karya ilmiah harus disusun dengan
menggunakan sistematika yang baik, dan
f.
manfaat, artinya karya ilmiah harus mempunyai manfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis dan pihak-pihak yang
memerlukan, bahkan bermanfaat secara universal, dan bermanfaat praktis,
3.
Pola Pikir
dalam Penulisan Karya Ilmiah
Pola pikir dalam karya ilmiah memunyai peranan yang sangat penting karena
sebuah karya ilmiah selalu didasarkan pada hasil berpikir ilmiah. Pola pikir
dalam karya ilmiah dipilah menjadi dua, yaitu pola pikir bersifat deduksi (cara
berpikir deduktif) dan pola pikiri induksi (cara berpikir deduktif). Pola
pikir deduktif merupakan pola pikir ilmiah yang didahului dengan pernyataan
umum yang berupa kesimpulan terhadap suatu objek atau pernyataan teoritis dari
sebuah teori tertentu kemudian ditindajlanjuti dengan pernyataan khusus yang
diperoleh dari analisis objek, argument-argumen, bukti-bukti, dan hal lain yang
aktual, realistis, dan logis.
Sedangkan pola pikir induktif merupakan pola pikir yang didahului
dengan pernyataan khusus yaitu hal yang bersifat aktual, realistis, dan
objektif kemudian ditarik sebuah pernyataan umum (simpulan).
4.
Sumber-sumber
Gagasan Penyusunan Karya Ilmiah
Sumber gagasan penysunan karya ilmiah yang dimaksudkan di sini adalah bahan
penulisan. Bahan penulisan adalah berbagai informasi baik teoritis maupun
realistis-empiris yang menimbulkan inspirasi untuk menyusun karya ilmiah.
Sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari hal-hal seperti diuraikan di
bawah ini:
a.
Inferensi atau pengalaman
Profesi yang kita tekuni, aktivitas yang kita jalani, dan pekerjaan yang
kita kerjakan pasti memunculkan persoalan-persoalan. Kerap kali dalam benak
kita mempunyai gagasan untuk mengembangkan aktivitas tersebut menjadi lebih
baik, maju, dan berkualitas. Sering pula, ketika kita menjalani kegiatan,
pekerjaan, dan profesi menemui masalah dan terlintas cara memecahkannya.
Gagasan, cara memecahkan masalah, dan hal-hal baru yang kita dapatkan dari
aktivitas itu dapat kita pakai sebagai bahan untuk menulis karya ilmiah. Sumber
yang kita peroleh seperti itu berarti bersumber dari pengalaman sehari-hari.
b.
Observasi
Sumber penulisan karya ilmiah dapat diperoleh pula dari observasi.
Observasi yang dimaksud adalah pengamatan terhadap suatu objek, kejadian, atau
fenomena tertentu. Kegiatan observasi itu dilakukan dengan terjun langsung atau
melibatkan diri ke dalam objek, peristiwa, dan fenomena yang diamati. Proses
observasi harus dilakukan dengan sadar (terencana) dan terukur.
c.
Pustaka
Sumber pustaka maksudnya adalah sumber yang diperoleh dari buku dan media cetak
lainnya. Untuk mendapatkan bahan penuluisan karya ilmiah dari sumber ini harus
melalui proses membaca kritis.
d.
Deduksi dari suatu teori
Yang dimaksudkan deduksi dari suatu teori adalah pernyataan-pernyataan umum
dari suatu kesimpulan suatu teori tertentu yang sudah umum dan diyakini
kebenarannya. Penulis karya ilmiah berkeinginan untuk membuktikan simpulan
teori tersebut pada hal lain.
e.
Kebijakan-kebijakan
Kebijakan-kebijakan tertentu dapat manjadi bahan penuliusan karya ilmiah.
Yang dimaksudkan dangan kebijakan adalah ketentua-ketentuan tentang suatu hal
yang diberikan atau diberlakukan oleh pihak tertentu. Kebijakan-kebijakan
tersebut menimbulkan dampak tertentu pada pihak lain. Pihak lain ada yang
setuju, ada yang menolak, ada pula yang tidak mendapatkan pengaruh apa pun. Hal
tersebut dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun karya ilmiah.
f.
Laporan penelitian
Sumber dari laporan penelitian adalah sumber yang merupakan laporan dari
suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh orang lain. Penelitian itu telah
dibukukan menjadi sebuah karya ilmiah. Dengan membaca laporan penelitian
tersebut diharapkan kita akan memperoleh masalah lain yang dapat kita jadikan
sebagai karya ilmiah.
5.
Sitematika
Penyusunan Karya Ilmiah dan Teknik Penyusunannya
a. Bagian Awal
Hal-hal yang
termasuk bagian awal adalah :
·
Halaman sampul
·
Halaman judul
·
Abstrak
·
Kata Pengantar
·
Daftar Isi
·
Daftar Gambar
·
Daftar Lampiran
b. Bagian Inti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian pustaka setiap variabel
B. .Hipotesis (jika ada)
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Uji Prsayarat Analisis
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN,
IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
c. Bagian Akhir
• Daftar Pustaka
• Lampiran
• Riwayat Hidup Penulis
6.
Sistematika Laporan Penelitian Versi
Pendek:
(Makalah ,
Artikel Jurnal Ilmiah)
1). Pendahuluan
2). Kajian
teori
3). Metode
4). Temuan dan
Pembahasan
5). Kesimpulan
dan Rekomendasi
6). Daftar
Pustaka
7).
Lampiran
8). Daftar
Riwayat Hidup
7. Makalah sebagai Sebuah Bentuk Karya Ilmiah
Makalah adalah
karya tulis yang membahas suatu masalah berdasarkan hasil kajian pustaka
(teori) atau hasil pengamatan
Tahap-tahap
Penyusunan Makalah
1. Persiapan
a. mengumpulkan
dan membaca buku-buku untuk memilih dan menentukan topik
b. membaca
buku-buku untuk memperluas pengetahuan yang berhubungan dengan topik
yang telah terpilih
c. mengembangkan kerangka makalah
2.
Penulisan
Kegiatan pengembangan kerangka makalah
menjadi sebuah makalah
3.
Pemeriksaan (Revisi)
Pemeriksaan terhadap isi dan
penggunaan kata, kalimat, ejaan, dan
tanda baca.
4. Pertimbangan
dalam memilih topik
(a) topik harus bermanfaat
(b) menarik dan sesuai dengan
minat penulis
(c) topik harus dikuasai penulis
(d) tersedia sumber-sumber
informasi dan bacaan
5.Kerangka
Makalah
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 metode pengumpulan data
1.6 Definisi
operasional
BAB II
PEMBAHASAN
Berisi
uraian yang menjawab rumusan masalah secara terperinci didasarkan atas data-data dan informasi dari berbagai sumber.
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada bagian ini
diungkapkan hal-hal yangmelatarbelakangi pembuatan makalah atau karya
tulis.Bagian ini mengungkapkan landasan pemikiran pemilihan judul atau
permasalahan yang akan ditulis.
1.2 Tujuan
Bagian ini
mengungkapkan tujuan yangingin dicapai melalui karya tulis tersebut.
1.3 Manfaat
Bagian ini
penulis menjelaskan manfaat penelitian. Manfaat tersebut diarahkan kepada
pihak-pihak tertentu. Perumusan manfaat adalah untuk siapa dan apa
manfaatnya untuk pihak tersebut.
1.4 Pembatasan
Masalah
Bagian ini
mengungkapkan cakupan masalah yang akan dibahas. Masalah yang terlalu luas
harus dibatasi supaya pembahasan lebih terfokus.Pembatasan juga dapat berisi
penjelasan tentang peristilahan yang digunakan dalam karya tulis.
1.5 Metode
Pengumpulan Data
Bagian ini
menjelaskan berbagai teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
penyusunan karya tulis tersebut.Pengumpulan data dapat dilakukan melalui pengamatan,
angket, wawancara, dan membaca buku.
1.6 Definisi
operasional
Pada bagian ini
penulis dapat menjelaskan definisi dari fariabel yang dipakai dalam tulisan.
Definisi operasional bersifat teknis, artinya istilah tersebut yang dipakai
dalam makalah tersebut.
Bab II Pembahasan
Mengemukakan
pembahasan masalah bersumber pada data yang diperoleh dibandingkan dengan teori
yang terdapat pada berbagai sumber.
Bab III Penutup
memuat simpulan
dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka adalah daftar yang berisi buku, makalah, artikel, dan bahan
bacaan lainnya yang dikutip atau digunakan sebagai sumber informasi dalam
penulisan makalah.
Hal-hal yang diinformasikan dari sebuah buku dalam penulisan daftar
pustaka, meliputi: (a) nama pengarang, (b) tahun penerbitan, (c) judul dan
subjudul (jika ada), (d) tempat penerbitan, (e) nama penerbit.
Cara menulis
daftar pustaka
1.
Jika nama pengarang terdiri atas dua kata, kata
kedua harus didahulukan. Misalnya, Amin Santoso ditulis Santoso, Amin. Di
belakang nama diberitande titik(.). Nama gelar tidak
perlu dicantumkan.
2.
Tahun terbit buku diakhiri tanda titik (.)
3.
Judul buku dan subjudul (kalau ada) ditulis miring
atau diberi garis bawah per kata dan diakhiri tanda titik (.)
4. Kota penerbit diakhiri tanda titik (.)
5. Nama penerbit buku diakhiri tanda titik (.)
Contoh
Aminuddin.
1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Badudu,
J.S.1981. Membina Bahasa Indonesia Baru. Seri 1, 2, 3. Bandung:
Pustaka Prima.
………. . 1981. Kamus
Ungkapan Bahasa Indonesia. Cetakan ke-9. Bandung: Pustaka Prima.
Moeliono, Anton
M., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Wijaya, Marlina
dan Euis Honiatri. 1997. Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk
SLTP. Bandung: Pustaka Setia.
0 komentar:
Posting Komentar